MBT Leopard 2A4 Revo
Rizkie's BLOG_Satuan Batalyon Kavaleri 8/Tank Macan Kumbang akan semakin garang karena sebentar lagi diperkuat dengan main battle tank ”Leopard” buatan Jerman. Batalyon Kavaleri (Yonkav) 8 yang berkedudukan di Beji – Pasuruan ini, merupakan markas kendaraan tempur Scorpion dan Stormer.
Yonkav-8/Tank berada di bawah komando Divisi Infanteri 2 Kostrad, dan merupakan salah satu satuan bantuan tempur yang menjadi pemukul di jajaran Kostrad. Yonkav 8/Tank mendapat kehormatan dan kepercayaan untuk mengoperasikan tank Leopard dengan kekuatan 1 batalyon lengkap, untuk wilayah timur. TNI AD akan membentuk dua batalyon tank berat Leopard, masing-masing untuk kawasan barat di Cilodong dan timur di Beji Pasuruan.
Yonkav-8/Tank berada di bawah komando Divisi Infanteri 2 Kostrad, dan merupakan salah satu satuan bantuan tempur yang menjadi pemukul di jajaran Kostrad. Yonkav 8/Tank mendapat kehormatan dan kepercayaan untuk mengoperasikan tank Leopard dengan kekuatan 1 batalyon lengkap, untuk wilayah timur. TNI AD akan membentuk dua batalyon tank berat Leopard, masing-masing untuk kawasan barat di Cilodong dan timur di Beji Pasuruan.
Pengadaan Tank Leopard untuk TNI AD sempat menuai pro-kontra dan perdebatan yang sengit. Bahkan beberapa mantan petinggi TNI berpendapat, main battle tank seperti Leopard, tidak cocok untuk Indonesia, melainkan harus tank dengan bobot yang lebih ringan.
KSAD saat itu Jenderal Pramono Edhie Wibowo tetap dengan pendiriannya untuk membeli tank Leopard. “Kalau kita mau membeli tank, harus membeli tank yang terbaik dan tank itu adalah Leopard”, ujar Pramono Edhie Wibowo dengan penuh semangat di Mabesad Jakarta. Jika tank itu nanti datang, nama Pramono Edhie Wibowo akan dikenang oleh Batalyon Kavaleri 8/Tank Macan Kumbang, karena ikut berjuang mendatangkan mbt Leopard 2.
Semangat dan wibawa Batalyon Kavaleri 8/Tank Macan Kumbang akan meningkat berlipat-lipat. Mereka juga akan berkenalan dengan teknologi baru dari tank terhebat saat ini, tidak lagi hanya mengutak-atik dan memelihara tank yang sudah tua.
KSAD saat itu Jenderal Pramono Edhie Wibowo, juga mendatangkan alutsista kelas wahid, meriam multi laras MLRS Astros II serta Howitzer Caesar 155mm. Kejutan demi kejutan terus dibuat oleh Pramono Edhie Wibowo dengan hendak mendatangkan helikopter serang AH 64 Apache serta ATGM Javelin. “Kita juga sedang berupaya mendatangkan helikopter Apache serta ATGM Javelin. Dengan Javelin, prajurit cukup duduk santai saat menembak sasaran. fire and forget. Akurasinya sangat tinggi”, ujar Pramono Edhie Wibowo. “Prajurit kita harus memiliki alutsista yang handal agar disegani. Doakan saja, kami akan berjuang di DPR untuk meloloskan Apache ini, karena harganya memang mahal”, ujarnya.
Babak Baru.
Pikiran kitapun melayang. Jika prajurit TNI AD nantinya menggunakan helikopter Apache, maka kemampuan teknologi prajurit akan melompat tinggi. Namun proyek pengadaan helikopter Apache tampaknya tidak berjalan mulus. Di bawah KSAD yang baru Jenderal Moeldoko, TNI AD memutuskan untuk menunda pembelian helikopter tempur Apache.
“Apache akan kami tunda,” ujar KSAD Jenderal TNI Moeldoko di Jakarta. KSAD yang baru mengatakan, penundaan terjadi karena kondisi keuangan pemerintah sedang tidak kondusif. “Kami sesuaikan dengan kemampuan negara. Ini (pembelian Apache) akan diusulkan lagi,” terang Moeldoko.
Kejutan lain muncul dari Kementerian Pertahanan yang menyusun ulang beberapa rencana pembelian senjata. Salah satunya adalah anggaran untuk pos TNI Angkatan Darat untuk membeli rudal Javelin. Rudal canggih antitank itu sudah diuji coba TNI-AD. “Masih dalam tahap pengkajian. Itu perencanaan yang diusulkan TNI-AD,” ujar Staf Ahli Menteri Pertahanan Mayjen Hartind Asrin di Jakarta.
Usul tersebut akan dibahas dalam komite pengadaan yang diketuai Wakil Menteri Pertahanan Letjen Sjafrie Sjamsoeddin. Menurut Hartind, setiap pengadaan senjata baru selalu melalui satu pintu. Itu merupakan upaya transparansi sekaligus kontrol kualitas. “Kita sudah tidak pakai lagi rekanan atau pihak ketiga, kalau bisa G-to-G (government-to-government, Red),” kata mantan atase pertahanan KBRI Malaysia tersebut.
Pangeran Ingris Harry mengagumi Helikopter Apache usai mendarat di Camp Bastion, Afghanistan
Pangeran Harry terpesona dengan sistem elektronik Helikopter Apache di Camp Bastion, Afghanistan
Pangeran Harry mempelajari canon 30mm Helikopter Apache di Camp Bastion saat bertugas sebagai co-pilot gunner
Penundaan pembelian helikopter Apache dan pengkajian ATGM Javelin, seakan menunjukkan, ganti pemimpin ganti kebijakan termasuk masalah alutsista. Fenomena itu ikut menjelaskan road map pengadaan alutsista Indonesia ternyata masih abu-abu. Akibatnya kita bisa paham, mengapa banyak alutsista yang akhirnya sebatas prototype, tidak jelas kelanjutannya.
Beruntunglah Batalyon Kavaleri 8/Tank Macan Kumbang yang sudah dibelikan MBT Leopard dan tinggal menunggu kedatangannya
Beruntunglah Batalyon Kavaleri 8/Tank Macan Kumbang yang sudah dibelikan MBT Leopard dan tinggal menunggu kedatangannya
Sumber : JKGR
0 komentar:
Posting Komentar